Share Pengalaman : Karena Berbagi itu Sangat Indah

Purwokerto -  Lets see, aku ingin sedikit bercerita malam ini sambil mendengarkan lagu nasyid dari kang Ali Sastra ama kang Teddy - Nikmat Apalagi . Biasalah selepas pulang dari kantor aku langsung pulang ke rumah, kebetulan juga sore itu hujan turun yang membuat aku malas untuk keluar lagi. Setelahnya pulang kerumah seperti biasa aku bersih - bersih dan mempersiapkan makan malam. Dan kegiatan rutin dirumah seperti biasanya aku lakukan sampai waktu isya berlalu.

Sesambilnya melihat acara di televisi tiba-tiba smartphone ku berdering, eh ternyata ada telepon dari mba-mba manajer suatu franchise di purwokerto mengingatkan aku ada paket makanan yang terlupa diambil sejak tadi sore untuk dibagikan (franchise ini rutin memberikan paket makanan untuk dibagikan kepada yang membutuhkan dan penyalurannya dipercayakan kepada kantor tempat aku bekerja : red) . Sontak aku bangun dari tempat tidur untuk mengambil paketan itu di outlet di daerah UMP

Pendek cerita aku mengambil paketan dan mulai berkeliling, dalam hati bergumam "wah kalau jam segini masi ada yang mau ya?" karena biasanya membagi saat sore hari. Jalan di Purwokerto perlahan aku telusuri, dan sepanjang jalan terlihat sepi karena habis hujan waktu itu. Akhirnya mobil aku hentikan karena melihat bapak-bapak tukang ojeg mangkal di perempatan terimal baru Purwokerto, aku keluar dari mobil dan memberikan beberapa kotakan untuk dibagikan juga untuk teman - temannya. Aku pun berlalu dari bapak - bapak tukang ojeg, dengan seraya bapak tadi mengucapkan terima kasihnya.

Mobil kupacu kembali menuju sekitar Andhang Pangeran, wah sepi juga dalam hatiku. Tetapi, sekilas mataku tertuju ada satu becak yang parkir sendiri di dekat bundaran Andhang pangerengan. Setelah mengemarkir mobil aku tidak langsung keluar tetapi mengamati terlebih dahulu apakah ada tukang becak disekitar situ dan ternyata ada tetapi berjauhan letaknya. Aku memberanikan diri untuk keluar (tempat itu biasanya tempat mangkal banci, jadi sedikit takut :red ) serta mengambil satu kotak makanan dan menghampiri bapak renta tukang becak itu.

Dari kejauhan belum ada reaksi, terlihat wajah bapak itu memandang semu tanpa aku tahu apa yang sedang dipikirkannya. Semakin mendekat perhatian bapak itu langsung melihat ke arah aku, belum sempat mengucapkan satu kata, bapak itu berkata "Alhamdulillah, makasih ya maaass....!!" aku kaget dengan reaksi bapak tadi dan sedikit mundur, bapak tadi keluar dari becaknnya yang sudah dimakan usia, lalu dia menghampiri aku dan menggenggam erat tangan ku, mengatakan berkali-kali terima kasih (mungkin dia baru saja berdoa kepada Allah, aku lapar : red). Melihat reaksinya aku tiba-tiba merasakan senang dan terharu (Allah menuntun aku kepada mu pak : red) , kejadian itu berlalu dengan cepatnya diakhiri aku meminta bantuan bapak itu untuk membagikan juga kepada temannya. Sembari meraih kotak untuk temannya, bapak itu dengan wajah senangnya kembali mengucapkan terima kasih dan mendoakan semoga sukses dan dimudahkan segala urusannya, akhirnya aku pulang dengan senyuman melihat orang bisa terbantu.

Mungkin sekilas ceritaku tadi hal yang biasa dan terkesan "lah, saya juga bisa..." . Tapi perlu diketahui wahai kawan ku , dari cerita aku tadi ingin memberikan gambaran bahwa berbagi itu sungguh indah. Bayangkan hal itu bermula ketika ada seorang yang ingin berbagi dan memberikan sedikit hartanya untuk memberikan senyum harapan kepada orang yang kurang beruntung diluar sana. Perlu diingat kawan walaupun itu hanya satu kotak nasi beserta lauknya bisa membuat bapak tua tadi senang dan gembira, yang awalnya terlihat murung karena mungkin seharian belum dapat uang untuk membeli makan, atau bahkan dia rela tidak makan yang penting nanti keluarga dirumah bisa ngebul asap dapur. Melalui cerita ini, harapanku bisa melatih kepekaan kawan untuk lebih peduli kepada lingkungan sekitar, walaupun itu dimulai dari hal sekecil dan sesederhana mungkin.

Kenapa aku ingin  menceritakan ini ? Karena aku merasakan senyuman tulus mereka, tawa merka, doa mereka yang telah kita bantu, lebih berharga dari harta setinggi gunung, karena rasa puas ini tidak bisa dinilai dengan uang sekalipun. Senyum mereka adalah senyum kita juga, kalau meminjam perkataan teman saya, "senyum mereka itu seperti beresonansi, hati ini seperti ikut bergetar dan merasakan efek senyum mereka, walaupun bukan milik sendiri tapi yang merasakan senangnya itu dihati ini" .

Comments

Popular Posts